Senin, 31 Mei 2010

PBNU: Tindakan Israel Rusak Upaya Perdamaian

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengutuk serangan Israel ke Kapal Mavi Marmara yang menewaskan belasan orang. Apapun alasannya tidakan ini tidak bisa dibenarkan dan telah merusak upaya perdamaian yang telah didukung oleh dari berbagai pihak di seluruh penjuru dunia.

“PBNU sejak awal tidak menginginkan tindakan kekerasan dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Ini pastinya merusak upaya perdamaian,” kata Ketua Umum PBNU kepada wartawan di Jakarta, Senin (31/5).

Israel memastikan pihaknya melakukan penembakan dengan peluru tajam, karena berdalih sebelumnya tentara mereka dikeroyok oleh para penumpang kapal itu yang ditumpangi sekitar 700 relawan dari banyak negara.

Saat ini kapal telah dibawa pihak Israel ke sebuah pelabuhan. Mavi Marmara adalah satu dari 6 kapal Armada Kebebasan (Freedom Flotilla) yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Palestina.

Hingga berita ini diturunkan, setidaknya 19 orang dilaporkan telah meninggal dunia. Menurut Said Aqil, tindakan Palestina kali ini tidak bisa didiamkan.

Pihaknya mendukung upaya pemerintah Indonesia sebagai negara berpenduduk Musilim terbesar untuk ambil bagian dalam mengatasi menyelesaikan tragedi ini, apalagi dilaporkan sebanyak 12 warga negara Indonesia berada di kapal dan hingga kini belum bisa dipastikan nasibnya.

“Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar kita mendukung pemerintah Indonesia untuk ikut mengupayakan perdamaian di jalur Gaza. PBNU sebagai ormas Islam juga telah melakukan upaya-upaya agar cita-cita Palestina merdeka bisa terwujud,” pungkasnya. (nam)

Kamis, 15 Januari 2009

Setelah Venezuela, Giliran Bolivia Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Setelah Presiden Venezuela Hugo Chavez menyatakan memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel, kini giliran Bolivia yang dipimpin Evo Morales yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel sebagai protes atas agresi biadab Israel di Gaza Palestina.

Bukan cuma memutus hubungan diplomatik, Morales mengatakan bahwa ia akan mencari upaya untuk membawa para pejabat pemerintah Israel termasuk perdana menterinya Ehud Olmert ke Pengadilan Kriminal Internasional dengan tuduhan genosida terhadap rakyat Palestina

Morales juga mengecam PBB dan Dewan Keamanan PBB yang terlihat setengah hati merespon krisis yang terjadi di Gaza. Ia meminta Dewan Umum PBB untuk menggelar sidang darurat untuk mengutuk invasi Israel ke Jalur Gaza.

Chavez Jadi Pahlawan Palestina

Sementara itu, setelah Venezuela memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel, bendera-bendera Venezuela dan gambar-gambar Presiden Venezuela Hugo Chavez diusung tinggi-tinggi selama unjuk rasa di Tepi Barat pada Rabu untuk memprotes serangan membabi buta Israel di Jalur Gaza.

Keputusan Presiden Venezuela Hugo Chavez untuk mengusir duta besar Israel dari Karakas, salah satu dari dua negara, di samping Mauritania mengambil langkah demikian, telah menjadikan pemimpin sayap kiri Amerika Latin itu menjadi pahlawan bagi rakyat Palestina.

Chavez pada Sabtu menyebut Israel sebagai "tangan pembunuh" Amerika Serikat, dan mengatakan solusi krisis Gaza telah berada di tangan Barack Obama saat ia akan menjadi presiden pada akhir bulan ini.

Mohammed al-Lahham, seorang anggota parlemen pro-faksi Fatah pimpinan Presiden Mahmoud Abbas mengatakan

"Chavez telah menjadi simbol perjuangan bagi kemerdekaan, seperti Che Guevara. Ini membedakan dia dengan para presiden lainnya di dunia".

"Penentangannya kepada Washington, sekutu paling dekat Israel, atas invasinya ke Irak, dan serangan Israel ke Lebanon pada 2006 telah menjadikan Chavez sebagai simbol bagi semua orang "yang menolak dan menentang pendudukan," kata dia.

"Saya berkeinginan dapat memberikan sebuah paspor Palestina kepada Chavez agar ia menjadi warga Palsetina. Dan kemudian kami akan memilih dia dan menjadikannya sebagai presiden kami," kata Wali Kota Al-Masar, Ahmud Zwahreh. Al-Masar adalah sebuah kota kecil dekat Bethlehem berpenduduk sekitar 8.000 jiwa. (Alf/Diolah dari berbagai sumber. Foto:Republika)

Selasa, 06 Januari 2009

Sikap FKGMNU Atas Palestina

PERNYATAAN SIKAP
FORUM KOMUNIKASI GENERASI MUDA NAHDLATUL ULAMA (FKGMNU) DAERAH DEPOK
TENTANG AGRESI ZIONIS-ISRAEL KE JALUR GAZA PALESTINA
Krisis kemanusiaan telah terjadi Jalur Gaza Palestina akibat agresi Zionis-Israel pada akhir Desember 2008 yang berlanjut hingga kini. Dengan dalih melumpuhkan infrastruktur Hamas yang secara “de facto” menguasai Gaza, Zionis-Israel telah melakukan serangan membabibuta yang mengakibatkan ratusan warga sipil termasuk perempuan dan anak-anak tewas serta ribuan terluka.

Agresi kali ini adalah salah satu peristiwa terburuk sejak Zionis-Israel memproklamasikan berdirinya negara Israel dengan menganeksasi wilayah Palestina di tahun 1948 yang ironisnya didukung PBB yang membagi dua wilayah Palestina untuk Arab dan Israel berdasarkan Resolusi 181. Namun, setelah Perang Enam Hari 1967, Zionis-Israel memperluas wilayahnya sehingga wilayah Palestina hanya tersisa di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Zionis Israel pun menjajah kedua wilayah tersebut hingga dicapainya perjanjian damai di Oslo tahun 1993 dimana Otoritas Nasional Palestina berhasil dibentuk. Namun, kemenangan Hamas dalam Pemilu 2006 mengakibatkan terjadinya konflik internal yang serius antara Hamas dan Fatah. Bahkan pada Juni 2007, Hamas secara “de facto” mengambil alih Gaza dari aparat pemerintahan Palestina yang didominasi Fatah. Sejak berkuasa di Gaza, Hamas kerapkali melancarkan serangan roket ke wilayah Israel dan sebaliknya Israel juga melakukan agresi ke Gaza yang berpuncak pada akhir 2008 lalu hingga kini.

Sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang berpandangan “Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan” dan sebagai bagian dari umat Islam dan warga NU yang menjunjung tinggi prinsip Islam rahmatan lil alamiin, maka kami sejumlah pemuda dan mahasiswa yang bergerak dalam Forum Komunikasi Generasi Muda Nahdlatul Ulama (FKGMNU) Depok menyatakan sikap sebagai berikut:

1. Mengutuk keras agresi Israel ke Jalur Gaza Palestina dan menyatakan bahwa agresi Israel merupakan kejahatan perang karena telah melanggar Konvensi Jenewa.

2. Menyatakan bahwa konflik Palestina-Israel bukanlah konflik antar agama dan antar umat beragama melainkan konflik politik-ekonomi yang dipicu oleh aneksasi wilayah Palestina oleh Zionis-Israel yang didukung Amerika Serikat (AS).

3. Menolak politisasi isu Palestina oleh partai tertentu di Indonesia untuk kepentingan meraih simpati masyarakat pada Pemilu 2009.

4. Menolak sentimen rasis anti Yahudi pada konflik Palestina-Israel karena tidak semua Yahudi mendukung eksistensi Zionis-Israel, contohnya Yahudi Neturei-Karta (klik
www.nkusa.org).

5. Menyerukan seluruh warga bangsa –apapun agamanya- untuk berdoa bagi para korban yang gugur dan bagi terciptanya perdamaian abadi di Palestina.Semoga Allah SWT meridhoi upaya umat-Nya untuk menegakkan keadilan dan perdamaian di muka bumi.

Wallahul Muwaffiq ilaa Aqwamittharieq

Depok, 5 Januari 2009

ttd

Alfanny
Koordinator Daerah FKGMNU Depok

Mengetahui,

ttd
Amsar Dulmanan
Koordinator Nasional FKGMNU

CP: Alfanny, 081384651706

Yahudi Kecam Agresi Zionis-Israel di Gaza

Tidak hanya umat Islam sedunia yang mengutuk agresi Israel di Gaza, sekelompok kaum Yahudi juga mengecam agresi Israel dalam serangkaian demonstrasi di AS dan Eropa.

Di New York, AS, pada 28 Desember 2008 sekitar 1500 warga Yahudi berdemonstrasi mengutuk serangan Israel ke Gaza. Mereka berarak dari Rockfeller Institute menuju konsulat Israel. Aksi serupa juga di London pada hari berikutnya.Sementara di Belanda, Sabtu siang (3/1), sekitar 10 ribu demonstran melakukan aksi mengutuk aksi Zionisme. Bunyi seruan mereka antara lain: Hentikan Agresi ke Gaza, Israel Mengulangi Holocaust dengan Dukungan Belanda, Verhagen & Balkenende Memalukan! Tanganmu Bersimbah Darah!, Anne Frank Membalikkan Punggung di Kubur, Oh Israel.Yahudi Belanda ini hanya satu dari 25 organisasi yang tergabung dalam Suara Lain Yahudi yang banyak tersebar di seluruh dunia, utamanya Belanda. Organisasi ini didirikan dengan alasan Zionisme sekarang ini telah melewati Messiah yan sudah ditentukan dalam kitab suci mereka. Namun lebih dari itu, Yahudi lain ini bergerak atas nama kemanusiaan pula. (www.nkusa.org/www.eramuslim.com)

Gadis "Palestina" Menangis di Gaza

Kebiadaban zionis-Israel di Gaza dan tidak berdayanya negara-negara Arab, dunia Islam dan masyarakat Internasional menghentikan pembantaian di Gaza menyebabkan ingatan kita melayang pada Yasser Arafat, sang “founding fathers” Palestina.

Dilahirkan di Yerussalem pada bulan November 1929, Arafat tak pelak lagi merupakan simbol perjuangan rakyat Palestina dalam membebaskan diri dari pendudukan zionis Israel. Di masa mudanya, Arafat telah berjuang melawan Israel dengan bergabung pada tentara Mesir yang berperang dengan Israel pada perang tahun 1948 dan Perang Suez tahun 1956. Kemudian, Arafat sempat mengamalkan ilmunya sebagai insinyur dengan bekerja sebagai kontraktor di Kuwait sekaligus menggalang dana bagi perjuangan rakyat Palestina. Arafat bersama kawan-kawannya kemudian mendirikan Harakat al-Tahrir al Filistini (Fatah).

Fatah yang didirikan Arafat berkembang pesat dan mendominasi Palestine Liberation Organization (PLO), sebuah organisasi induk bagi kelompok-kelompok perjuangan rakyat Palestina. Fatah dan PLO terkenal dengan aksi-aksi terornya yang mencekam zionis Israel. Aksi-aksi teror tersebut berpuncak pada bulan September 1972, ketika sejumlah militan Palestina membunuh 11 atlet Israel pada Olimpiade Munich.

Setelah berpindah-pindah “medan gerilya” dari Yordania, Lebanon dan Tunisia, Arafat secara mengejutkan menghentikan segala aksi terornya dan memilih berdamai dengan Israel di Oslo, 1993. Bersama PM Israel Yitzhak Rabin, Arafat meraih Nobel Perdamaian di tahun 1994. Karena Perjanjian Oslo-lah, Arafat kembali ke Palestina dan memimpin pemerintahan Otoritas Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Arafat kembali ke Palestina sebagai pahlawan, namun tak sedikit yang mencapnya sebagai “pengkhianat” dan “kolaborator”.

Namun, zionis Israel berulang kali melanggar kesepakatan Oslo. Pasca terbunuhnya PM Rabin dari Partai Buruh yang “moderat” oleh ekstrimis Yahudi yang tidak menginginkan perdamaian, pendulum politik Israel bergeser ke kanan dengan berkuasanya Benyamin Netanyahu dan Ariel Sharon dari Partai Likud yang radikal. Rezim Likud berulang kali memprovokasi rakyat Palestina dengan menodai kesucian Masjid Al Aqsa sehingga rakyat Palestina spontan melawan dengan “intifadah”. Pada periode inilah, Arafat dan Fatah mengalami krisis kepercayaan dari rakyat Palestina. Kompetitor Fatah, Hamas pun menjadi alternatif pilihan rakyat Palestina yang berpuncak pada kemenangan Hamas atas Fatah pada Pemilu Parlemen di bulan Januari 2006, setahun lebih pasca meninggalnya Arafat di Perancis.

Hamas bahkan sejak 2007 telah mengambil alih Jalur Gaza dari aparat pemerintahan Otoritas Palestina yang loyal pada Fatah. Politik Hamas berbeda dengan Fatah yang sudah lelah berperang dan cenderung mengedepankan diplomasi dan perundingan. Hamas belum mau berkompromi dengan zionis-Israel dan memilih terus melancarkan perlawanan atas Israel. Sikap non kompromi Hamas yang terus melancarkan roket ke Israel pun dijadikan dalih oleh Israel untuk melakukan agresi Israel ke Gaza. Makin dekatnya Pemilu Israel di awal Februari 2009 juga menjadi alasan tersirat pemerintah Israel yang didominasi aliansi kiri-tengah (Partai Buruh dan Kadima) untuk menginvasi Gaza. Koalisi Partai Buruh-Kadima berharap bisa meraih simpati mayoritas rakyat Israel yang konservatif dengan menyerang Gaza. Selama ini rakyat Israel menganggap koalisi Partai Buruh –Kadima terlalu lembek terhadap Hamas, berbeda denga Partai Likud yang ultranasionalis dan tegas terhadap Hamas.

Kini, di awal 2008, rakyat Gaza harus berjibaku meregang nyawa akibat agresi membabibuta Israel. Israel berdalih bahwa serangannya ke Gaza “hanya” untuk melumpuhkan Hamas. Namun, sudah lebih dari 500 warga Palestina gugur termasuk perempuan dan anak-anak. Walaupun Presiden Mahmoud Abbas sudah menyatakan “tidak perlu lagi berunding dengan Israel”, namun belum nampak aksi konkrit dari Fatah yang dipimpin Abbas untuk membantu Hamas di Gaza. Persatuan Hamas dan Fatah untuk berjuang bersama menghadapi agresi Israel tampaknya masih jauh dari harapan. Apalagi kita mengharapkan persatuan negara-negara Arab, antara Mesir, Yordania, Arab Saudi yang pro-Amerika Serikat di satu sisi dan Syria, Libya dan Iran yang anti AS di sisi yang lain.

Di tengah situasi chaotic di Gaza-Palestina inilah, kita teringat kembali figur Arafat –terlepas dari segala kelemahannya- yang telah mengorbankan dirinya dan bahkan kehidupan pribadinya demi rakyat Palestina. Seorang wartawan pernah bertanya kepada Arafat di usia 50-an, mengapa di usia itu, ia belum juga menikah. Jawaban Arafat sederhana namun bermakna dalam. “Saya telah menikah dengan gadis cantik bernama Palestina”. Namun, sejarah mencatat ketika akhirnya Arafat menikah di usia 60-an. Wartawan tadi kembali bertanya kepada Arafat, “Bukankah Anda (Arafat) pernah berkata bahwa Anda telah menikah dengan Palestina, namun mengapa kini Anda menikahi Suha Tawil?”. Jawaban Arafat pun mencerminkan karakternya sebagai politisi ulung. Arafat menjawab, “Istri pertama, kedua dan ketiga Saya tetap Palestina, Suha Tawil adalah istri keempat Saya”.

Kini, gadis “Palestina” tengah menangis di Gaza. Kita, bangsa Indonesia cuma bisa berada di tahap keempat dari penyelesaian konflik Palestina-Israel. Tahap pertama, Fatah, Hamas dan faksi Palestina lainnya bersedia bersatu. Tahap kedua, negara-negara Arab bersatu. Tahap ketiga, AS dan Eropa tiba-tiba “berbaik hati” pada Palestina. Tahap keempat barulah Indonesia dan negara-negara lainnya yang paling banter hanya bisa mengirim pasukan perdamaian dan bantuan kemanusiaan setelah tahap pertama hingga ketiga sudah terwujud.Marilah kita berdoa!

Alfanny
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Majalah MataAir. Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Indonesia. Koordinator Daerah Forum Komunikasi Generasi Muda NU (FKGMNU) Depok